loading...

Berperang Dengan Kehidupan

 

Photo by Ian on Unsplash

Sebut saja dia Budi, seorang anak yang biasa yang lahir ditengah kepesimisan dan sedikit harapan disekitarnya. masa kecilnya dihabiskan bermain layaknya anak kecil lainnya tanpa beban penuh tawa haha hihi sampai menginjak bangku SMP kehidupannya mula berubah. masuk SMP dengan lingkungan yang baru dan jauh dari rumah tak punya kawan tapi semuanya tetap dilawan seorang diri. Meskipun ada beberapa teman yang ia kenal bahkan sejak ia TK dan SD namun kerasnya kehidupan di SMP nya saat itu seperti membuatnya seolah sedang bertarung seorang diri ditengah peperangan untuk bertahan hidup. dipalak, dipukul sudah jadi makanan sehari - hari, bahkan si Budi mulai terbawa arus mulai coba - coba merokok agar terlihat keren, minum amer sampe topi miring dicampur kuku bima dicobanya dan paling parah ia pernah ditawari pil berwarna putih seperti obat pusing kepala namun ditolaknya karena bakal mati kalo diminum dalam pikirnya, mulai berstrategi menjilat sana - sini dilakukan untuk bertahan hidup. satu kejadian yang membuatnya trauma sampai mual kalau harus diingat, seorang teman perempuan yang ia kenal sejak TK digarap oleh teman - temannya beramai ramai di sebuah masjid betapa mengerikannya perilaku tersebut. Si Budi hanya terdiam menyaksikan, jiwanya terguncang amarah bercampur aduk dengan ketidakberdayaan.

Perlu diketahui si Budi sosok yang gemar belajar hal baru, meskipun brengsek ia punya keinginan  untuk maju, cita - citanya pun jadi seorang cendekiawan. lulus dari SMP dengan nilai yang jelek membuatnya tak leluasa untuk memilih SMA, akhirnya setelah berperang di medan peperangan ia pulang ke tempat asalnya untuk melanjutkan pendidikan, masuk di SMK dengan akreditasi B, belajar berbagai hal tanpa ada kekerasan, sering bersaing jadi juara kelas, punya pandangan lebih maju dibanding teman - temannya untuk dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Dengan status sekolah tak diperhitungkan ia kesulitan dalam mengikuti seleksi, biaya pun juga jadi kesulitannya. bahkan ada guru yang meremehkan, hal tersebut tak menjadikannya ragu. ia percaya pendidikan akan merubah hidupnya.

Barang siapa yang bersungguh - sungguh akan terbuka jalan baginya, si Budi lolos masuk ke PTN dengan latar belakang jurusan yang sangat berbeda, memang dasar si Budi ini suka belajar hal baru, apapun dihajar. Dapat sebuah beasiswa juga membuatnya cukup optimis untuk menempuh peperangan barunya.masuk sebagai anak kampung polos yang tak punya visi misi yang oke, cukup minder diawal tapi perlahan mulai dapat bersaing dengan teman lain meskipun cukup berat. semuanya berjalan lurus - lurus saja cenderung tak menarik untuk diceritakan. lulus tepat waktu dengan predikat pujian, meskipun biasa saja ditempatnya berkuliah. cukup untuk membuktikan tekadnya menjadi si Budi yang lebih baik dari yang kemarin.

Peperangan terus berlanjut, perjalanan baru seorang sarjana baru dalam mencari pekerjaan, sempat iri melihat temannya mulus - mulus saja mendapat pekerjaan, membuat si Budi terus belajar mengupgrade kemampuannya. Berbagai seleksi ditempuh namun belum rejeki pikirnya, cukup tersentak karena sebuah pandemi mematikan yang membuat segalanya menjadi sulit. tekanan lingkungan dan keluarga yang membuatnya lelah dan terkekang untuk berkembang, menambah problematika si Budi sarjana pengangguran ini. Bagaimanapun kehidupan terus berjalan, perang belum usai dan pilihannya ada dua, memilih hidup ditengah kebrengsekan atau mati sebagai pecundang kehidupan... 

   

 

Komentar

Postingan Populer