Jalur Kalilembu : Rute Ramah Mendaki Gunung Prau
Dokumen Pribadi |
M
|
asih berada di kawasan Wonosobo, setelah relaksasi diri
dengan berendam air panas alami di Kalianget kali ini perjalanan berlanjut menuju
kawasan tertinggi di Dieng yaitu Gunung Prau. Gunung Prau merupakan gunung yang
memiliki puncak tertinggi di angka 2590 mdpl, memiliki panorama yang memikat
dengan golden sunrise sebagai suguhan utamanya serta hamparan bukit – bukit kecil
yang dikenal dengan bukit teletubies dan hamparan warna – warni bunga daisy
menjadi ciri khas dari Gunung Prau. Tak heran gunung ini menjadi primadona bagi
kalangan pendaki di Indonesia, karena waktu tempuh yang relatif singkat dan
jalur yang cukup “ramah” bagi pendaki pemula serta panorama yang disuguhkan
tadi.
Oleh karena itu saya memutuskan Gunung
Prau menjadi tempat pendakian pertama saya. Saya ingat betul pendakian ini saya
lakukan pada hari Jumat tanggal 21 April 2017, bahkan sampai saat ini menjadi
pengalaman yang tak terlupakan bagi saya pribadi bukan perihal momen pertama
kalinya tetapi juga diikuti sebuah tragedi pilu yang menjadi sebuah “pepiling”
atau peringatan bagi saya pribadi.
Jalur Yang Harus
Diketahui Dalam Pendakian Gunung Prau
Photo by Gery Wibowo on Unsplash
|
1.
Jalur Pendakian
Via Wates
Jalur ini berlokasi di Dusun Wates, Kecamatan
Wonoboyo, Temanggung, tinggi awal pendakian melalui jalur ini adalah sekitar
1896 mdpl dengan jalur pendakian yang harus ditempuh sekitar 4,7 kilometer. Jika
kita mendaki lewat jalur ini kita akan bertemu dengan sebuah air terjun yang
dapat menjadi sumber air bagi para pendaki. Jika kawan – kawam ingin menuju
basecamp jalur ini dapat ditempuh dari Wonosobo menuju ke arah Pasar Jati Jajar
kemudian menuju kearah timur ke Desa Wates.
2.
Jalur Pendakian
Via Dieng Kulon
Jalur ini berlokasi di Desa Dieng Kulon, Kecamatan
Batur,Banjarnegara. Bagi kawan yang memiliki tujuan mendaki sekaligus berwisata
saya rasa jalur ini sangat tepat untuk dpilih. Karena lokasi basecamp jalur ini
sangat dekat dengan objek wisata seperti Candi Arjuna, Telaga Warna juga Telaga
Pengilon dan masih banyak yang lainnya. Tetapi jika melewati jalur ini
pendakian yang ditempuh akan lebih panjang dan juga tidak ada sumber mata air
sama sekali, namun pemandangan yang disuguhkan melalui jalur ini cukup indah.
3.
Jalur Pendakian
Via Patak Banteng
Jalur ini merupakan jalur yang paling populer
dipilih oleh para pendaki karena waktu yang ditempuh relatif singkat jika
dibandingkan dengan jalur yang lain. Hanya butuh waktu sekitar 2 jam saja untuk
mencapai camping ground namun medan yang dilalui cukup berat karena menanjak
dan cukup terjal. Basecamp jalur ini cukup strategis karena berada di pinggir
jalur Wonosobo – Dieng dan berada di dekat Kantor Desa Patak Banteng, Kecamatan
Kejajar , Wonosobo.
4.
Jalur Pendakian
Via Kalilembu
Jalur Kalilembu sendiri berada tidak jauh dari Jalur
Patak Banteng hanya sekitar 100 meter berada di atas Desa Patak Banteng. Jalur
ini menjadi pilihan saya karena informasi yang diberikan oleh seorang teman bahwa
jalur ini cukup landai dengan banyak bonus dan pemandangan yang cukup indah.
Pendakian
Melalui Jalur Kalilembu
Dokumen Pribadi |
Melalui Jalur ini kita akan melewati 3 pos utama
sebelum sampai puncak dan menuju camping area untuk melihat pemandangan golden
sunrise.
Ø Basecamp – Pos 1 (estimasi waktu sekitar 30 menit)
Pada jalur ini kita akan melewati ladang dan perkebunan
milik masyarakat sekitar, jalan yang dilalui sedikit menanjak dengan jalur
tanah yang terssusun seperti anak tangga dan cukup licin jika hujan. Selanjutnya
kita akan menemui sebuah gubuk dan jalan mulai landai dengan memasuki wilayah
hutan sampai dengan di pos 1.
Ø Pos 1 – Pos 2 Bukit Pandang (estimasi waktu sekitar
45 menit)
Perjalanan dari pos 1 menuju pos 2 fisik kita akan
diuji karena sedikit sekali jalur landai, mayoritas jalur menanjak yang cukup
melelahkan. Apalagi saya saat itu melewati jalur ini dalam keadaan habis hujan
sehingga jalur menjadi licin dan berat. Di jalur ini kita akan berpapasan
dengan pendaki yang melewati jalur via dieng. Pada pos ini dilarang untuk
mendirikan tenda.
Ø Pos 3 – Puncak (estimasi waktu sekitar 30 menit)
Dari pos 3 menuju puncak prau ini, kita harus
fokus dan berhati – hati karena jalur
yang menanjak sempit dengan kanan kiri jurang sebelum kita mencapai puncak
ketinggian 2590 mdpl. Ingat jangan mendirikan tenda di tempat ini karena tempat
yang terbuka dan angin yang kencang.
Ø Puncak – Bukit Teletubies (estimasi waktu sekitar 30
menit)
Dari puncak prau sebagai titik tertinggi kita harus
turun untuk sampai ke area camping di bukit teletubies untuk dapat mendirikan
tenda sekaligus menikmati golden sunrise di pagi hari. Pemandangan disini cukup
indah dengan hamparan bukit serta bunga warna – warni yang tumbuh cukup
memanjakan mata.
Golden Sunrise
suguhan memikat Gunung Prau
Photo by Falaq Lazuardi on Unsplash
|
Lagi – lagi saya menjadi orang yang
cukup beruntung, setelah cuaca yang beberpa hari terakhir di kawasan Dieng yang
cukup ekstrim hujan badai disertai petir saya cukup pesimis untuk dapat melihat
pemandangan matahari terbit pada pagi hari. Mengingat dalam pendakian saya
sempat diguyur hujan malam hari mungkin keesokan harinya hanya kabut yang bisa
dijumpai. Namun keajaiban muncul dikala pagi dimana sang surya dengan indahnya
menampakkan bias sinar berwarna emas menghangatkan jiwa yang kelelahan ini
dengan pemandangan yang semakin elok berdiri gagah Sindoro, Sumbing, Merbabu,
Merapi serta Lawu diselimuti awan berwarna jingga emas. Ahh betapa indahnya
negeriku ini....
Sebuah “Pepiling”
Photo by Ahmad Syarifudin on Unsplash
|
Iya, momen ini cukup saya ingat betul
dalam memori di otak saya dan mungkin tak kan pernah hilang. Kejadian yang
cukup megguncang jiwa saya dimana tepat pada hari minggu tanggal 23 April 2017
ramai di pemberitaan nasional sebanyak 11 pendaki Gunung Prau tersambar petir
dan dalam kejadian tersebut 3 orang diantaranya berpulang. Sehari setelah saya
mulai turun pada tanggal 22 April 2017 dan kemungkinan besar saya sempat
berpapasan dengan rombongan pendaki tersebut di jalur pendakian saat itu. Memang
saat saya turun cuaca mulai memburuk dengan kabut tebal yang mulai turun serta
awan mendung yang mulai menghitam bahkan sudah gerimis. Diperjalanan pulang pun
tak berselang lama setelah itu saya terpaksa dibuat untuk berteduh karena hujan
badai yang cukup lebat dan cukup berbahaya karena saya naik motor.
Bersyukur saat mendaki saya masih diberi
keselamatan, tetapi hal ini membuka pemikiran saya sejatinya gunung yang
dianggap ramah pun tak benar – benar ramah. Jangan hanya untuk mengejar sebuah
eksistensi agar terlihat keren karena menaklukkan sebuah gunung tetapi
mengabaikan keselamatan, dengan mendaki tanpa pengetahuan apalagi tanpa
peralatan yang menunjang. Memang benar sejatinya bukan gunung yang harus
ditaklukkan tetapi ego kita.
Mungkin sedikit Safarnama (catatan perjalanan) yang bisa
saya sampaikan kali ini. Bagaimana kalian bisa mencintai Indonesia jika kalian
tidak mengenal dan melihatnya secara langsung.. mari berpetualang....
Komentar
Posting Komentar